Minggu, 29 Mei 2011

Chaiya Chaiya

CHAIYYA CHAIYYA, NORMAN KAMARU DAN SIKAP KAPOLRI.


Seorang remaja putri usia 17 tahunan ngrumpi : “Aku gak tahu lho, kalau Briptu itu pangkat dalam kepolisian, aku pikir itu nama lengkap Norman Kamaru, eh . . ternyata itu pangkatnya Norman”. Remaja itu lalu meneruskan : “ Yang aku tahu itu Sersan, Kopral, Kapten, Jenderal”.
Cerita diatas menunjukan betapa Norman Kamaru secara tidak sengaja telah menjadi duta Kepolisian, mempublikasikan dan memperkenalkan “Apa dan Siapa” Kepolisian, dengan . . maaf . . . beaya yang murah, tapi berhasil dengan sukses. Norman berhasil memberi citra yang bagus dan positif bagi Kepolisian. Betapa tidak?, banyak orang (termasuk remaja tadi) makin tahu dimana Gorontalo itu, bahkan tahu siapa Kapolda Gorontalo. Atau kalau tidak percaya, coba tanya siapa Komandan Satuan Brimob Polda Gorontalo ? sekarang banyak yang tahu lho.
Berikut ini ada cerita semacam itu yang pernah saya baca : Suatu ketika Kedutaan Besar Republik Indonesia di salah satu negara Eropa menerima kedatangan rombongan Kesenian Musik dan Tari dari Indonesia dalam tour ke beberapa negara di Eropa. Pergelarannya berhasil dengan sukses. Penonton puas, paginya Kantor Kedutaan banyak menerima telepon dari masyarakat : Kapan pergelaran semacam ini diadakan lagi?. Dari Jakarta ke Bali ditempuh berapa Jam?. Lalu Jakarta ke Yogya langsung ke Toraja apa bisa ditempuh dalam satu hari?. Dan banyak lagi pertanyaan pertanyaan dari warga setempat. Pak Dubes geleng geleng kepala, pekerjan setahun Dubes untuk memperkenalkan Indonesia diselesaikan oleh misi Kesenian hanya dalam waktu satu malam pergelaran seni..


Benar atau tidak cerita itu, wallahuallam. Tapi Briptu Norman Kamaru telah membuktikan bahwa peristiwa “Pak Dubes dan Misi Kesenian” bisa saja terjadi. Coba bayangkan sebulan yang lalu tidak ada orang yang tahu siapa Briptu Norman Kamaru, dan sekarang, hampir 200 juta rakyat Indonesia mengenalnya. Norman dari seorang “No Body” sekarang telah berubah menjadi “Somebody” yang dipuja dari anak SD sampai orang orang kantoran, ibu-ibu dan para orang tua. Tapi ia memang layak menerima kehormatan itu, ia bisa menyanyi sambil menari dengan gerakkan gerakkan yang “aneh” dan Khas. Main gitar bisa, bahkan nge-rap-pun bisa.
Yang juga menarik adalah sikap Kapolri Jenderal Timur Pradopo, pak Jenderal memanggil Briptu Norman ke Mabes Polri. Kabarnya, Briptu Norman tergetar dan deg-deg-an ketika menerima panggilan itu, ia berpikir akan dikenai sangsi dari pimpinannya. Ternyata Kapolri bersikap lain, ia tak memberikan hukuman apapun,bahkan memberinya kebebasan untuk diwawancarai di banyak televisi, menyanyi diberbagai kesempatan bahkan Norman diijinkan pula masuk dapur rekaman . . . . ck . . ck. . ck. . .
Sikap Pak Kapolri itu tentu saja patut diacungi jempol, karena tidak banyak pejabat setingkat Kapolri memberikan perhatian kepada kesenian, umumnya pejabat banyak mensupport Olahraga. Tengok saja di PSSI misalnya, betapa banyak energi dihabiskan untuk menjadi ketua umum PSSI. Mulai demo, konggres, lalu konggres tandingan dan cara cara yang lain. Kok enggak ada ya misalnya, berebut menjadi ketua Keroncong, ketua Ludruk, ketua Ketoprak?.
Yang juga harus berterimakasih kepada Briptu Norman adalah, Syahrukh Khan beserta produser film (India) dimana lagu Chaiyya Chaiyya dinyanyikannya. Lagu yang nyaris tidak dikenal itu, tiba-tiba meledak dipasaran, dicari banyak orang. Bahkan masuk kekomunitas-komunitas musik lain, yang tadinya enggan menyanyikannya. Sebagai contoh : dalam sebuah acara Achievement Award sebuah komunitas musik klasik, Chaiyya-Chaiyyapun ditampilkan.


Rentetan peristiwa diatas tadi tentu sesuatu yang fenomenal, karena banyak prestasi pestasi didunia seni musik yang berhasil dicapai oleh anak-anak bangsa tak diketahui oleh bangsa itu sendiri. Misalnya, banyak pianis-pianis kita berjaya ditingkat internasional tak terpublikasikan dan tak diliput oleh media cetak ataupun media elektronik. Tidak jauh berbeda, adalah nasib kelompok-kelompok Paduan Suara kita, banyak yang berprestasi di tingkat internasional, tapi untuk berangkat para anggotanya terpaksa harus merogoh kocek pribadinya. Jadi sikap Kapolri perlu didukung, didorong agar ditiru dan menjadi budaya baru dikalangan pejabat tanah air.
Untuk Briptu Norman Kamaru : “Be your self, bro !, tetaplah jadi Bhayangkara Nusantara, mengawal tanah air dan bangsa Indonesia, namun tetaplah menyanyi, bermain gitar dan berkesenian, anda sudah berhasil memberi citra positif bagi korp anda”. Jadi selebritis itu menyilaukan. Ingat betapa banyak orang yang (tiba-tiba) terkenal, lewat lomba-lomba/idol-idol atau lewat internet seperti anda, disanjung, dipuja, dikagumi namun kemudian hilang tak berkesan. Dimana mereka sekarang?.
So, tetaplah rendah hati seperti yang telah anda lakukan selama ini, dan jadilah “Duta Kepolisian” forever.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar