Selasa, 07 September 2010

Gesang

GESANG.

Sesungguhnya sebutan yang tepat untuk Gesang bukan Maestro Keroncong, tetapi Maestro Langgam Keroncong. Mengapa? Karena ciptaan ciptaan Gesang sebagian besar adalah berbentuk komposisi Langgam bukankomposisi Keroncong. Coba lihat ciptaannya : Saputangan, Bengawan Solo, Dongengan, Jembatan Merah, Sebelum Aku Mati, Caping Gunung, Pamit (dinyanyikan Boery), semuanya bukan komposisi Keroncong. Lalu apa perbedaan antara Keroncong dengan Langgam Keroncong?. Secara fisik Keroncong adalah bentuk komposisi satu bagian dengan jumlah 28 bar (birama) ditengah lagu ada isian musik yang oleh sebagian teman teman Keroncong disebut sebagai “sengga’an”.Keroncong bisa dianalogikan dengan dengan bentuk komposisi Sonata, yaitu 8 birama diawal lagu, semacam exposisi di Sonata. Lalu ada sengga’an selama 2 birama, mungkin sama dengan transisi. Kemudian muncul pola baru sebanyak 10 birama, bisa disamakan dengan development. Dan yang terakhir semacam recapitulasi sepanjang 8 birama. Sedang Langgam Keroncong 32 birama yang terbagi menjadi empat bagian (A A B A). Sama dengan komposisi yang umum dalam lagu lagu barat Edelwise, I’am In the mood for love.
Gesang yang dalam bahasa Jawa artinya HIDUP memang telah “menghidupkan sesuatu yang baru” didunia musik Indonesia waktu itu. Pada masa itu sekitar 1930an musik Indonesia didominasi oleh komposisi komposisi bentuk Keroncong, nah disaat itulah Gesang memperkenalkan bentuk komposisi baru yang bernama Langgam. Walau sesungguhnya didunia musik Internasional Langgam sudah lama ada, tetapi di Indonesia Gesanglah yang mempelopori. Lagu lagu ciptaan Gesang memang sederhana, namun dibalik kesederhanaan itu justru muncul keindahan. Masaki Tani Konsul kebudayaan Jepang di Indonesia, mengatakan di televisi , bahwa lagu Bengawan Solo disukai orang Jepang karena keindahan melodinya sesuai dan cocog dengan rasa estetis orang Jepang. Ini bukan basa basi, ketika kabar meninggalnya Gesang tersebar, Duta Besar Jepang untuk Indonesia datang melayat ke rumah duka di Solo.
Dari pesan syairnya, lagu lagu ciptaan Gesang sangat beragam. Ia bisa berbicara tentang cinta, kesetiaan, patah hati dan lain lain. Dalam mencipta lagu Gesang selalu mensurvey dulu obyek yang akan dibuat lagu. Tentang Jembatan Merah misalnya, waktu itu grup sandiwara yang diikuti Gesang sedang tour ke Surabaya. Oleh pimpinan sandiwara direncanakan sebuah cerita tentang jembatan yang terkenal di Surabaya itu. Kepada Gesang ditugaskan untuk membuat lagu sebagai ilustrasi musik dari cerita tersebut. Menurut pengakuan Gesang ketika ia sampai diJembatan Merah, Gesang tidak menemukan sesuatu yang istimewa dari jembatan itu,jembatannya juga biasa biasa saja. Namun dengan kemampuan seninya yang luar biasa Gesang mampu menemukan kata demi kata yang terangkai menjadi sebuah lagu yang kuat di sisi musik maupun syairnya.




Coba tengok syair awalnya : Jembatan Merah,sungguh gagah, berpagar gedung indah. Suatu kalimat yang cerdas yang mampu melukiskan keadaan Jembatan Merah yang sesungguhnya. Dibagian lain dari lagu itu Gesang juga menyampaikan perasaan hatinya kepada seseorang : Biar Jembatan Merah, andainya patah, akupun bersumpah, akan kunanti dia disini, bertemu lagi. Dilagu yang lain yaitu “Dongengan”, Gesang bercerita tentang rakyat desa yang sederhana, jujur dan setia. Diawal perang kemerdekaan banyak warga kota mengungsi kedesa, warga desa dengan tulus dan ikhlas menerima dan melayani mereka, tanpa mengharap apa apa. Ketika Indonesia sudah merdeka, ketika pengungsi kembali kekota dan sudah menikmati kehidupan metropolitan, Gesang berpesankepada warga kota : rakyat desa jangan dilupakan dan jangan disia siakan.
Gesang juga dikenal sebagai orang yang sederhana, “ayeman ati tur ora ngoyo”. Sikap tenang ditunjukan Gesang ketika diberi tahu bahwa uangnya di Jepang mencapai ratusan juta dari royalti lagu Bengawan Solo yang sangat terkenal di Jepang. Reaksinya tidak berlebihan, tetap tenang tanpa beban. Dilingkungan warga dimana Gesang tinggal, ia memang dikenal orang yang sabar dan rendah hati.
Semangat nasionalisme juga ditunjukan oleh Gesang, coba tengok lagu “Sebelum Aku Mati” lagu itu sangat pendek untuk sebuah lagu, namun mampu mengekspresikan semangat nasionalisme Gesang. Sekali ku hidup sekali kumati, aku dibesarkan dibumi pertiwi. Lambaian tanganmu panggilan abadi. Selama hidupku, sebelum aku mati. Hanya itu syair lengkap lagu tersebut (hanya satu bait). Tampaknya Gesang agak kesulitan menyusun pesan yang lengkap untuk sebuah lagu sependek itu. Namun, sekali lagi dengan kecerdasannya Gesang akhirnya dpt menyelesaikan lagu itu . Mirip dengan lagu Bagimu Negri, hanya satu bait tapi mencakup seluruh semangat dan tekad bangsa Indonesia.
Konon, Gesang pernah patah hati yang sangat. Seluruh suasana hatinya diekpresikan dalam sebuah lagu langgam keroncong berjudul “Saputangan”, mari kita simak pesan syairnya secara lengkap : Saputangan yang harum baunya, menawan hatiku, basah air mataku karena datangnya tangisku. Saputangan yang dulu kutrima, dari kekasihku, pada masa dahulu berdua, pertama bertemu. Penuh dengan rencana dan janji, telah disetujui, meskipun bagaimana terjadi, sehidup semati. Saputangan yang diwaktu sekarang, jadi hiburanku , karena kekasihku sekarang, tinggalkan diriku. Suasana sedih dalam lagu Saputangan ini bukan cuma dibangun oleh syairnya saja tapi juga oleh pola melodi yang pas dan nyambung dengan syairnya. Indah.
Kini Gesang telah meninggalkan kita semua menuju kealam keabadian, banyak yang ditinggalkan dan kitalah pewarisnya. Selamat jalan eyang Gesang, doa kami menyertaimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar