Selasa, 07 September 2010

Pergelaran Musik

C O R D O B A.

Cordoba adalah satu wilayah diselatan Spanyol, yang terkenal dengan alamnya yang molek, kecantikan gadis gadisnya yang menawan dan macam ragam tariannya yang khas. Berbagai aspek keindahan yang ada di Cordoba itu menyentuh perasaan Isaac M Francisco Albeniz (1860 – 1909) Komponis terpenting Spanyol. Cordoba sendiri memang sebuah wilayah yang menjadi favourite dan sering dikunjungi oleh Komposer Spanyol terkemuka ini. Keindahannya tersebut dituangkannya dengan pas dalam sebuah komposisi untuk solo piano dengan judul yang sama Cordoba.
Komposisi Cordoba dimulai dengan suasana magis, dengan dentingan piano yang memberi kesan seperti lonceng gereja, tetapi kemudian disection berikutnya sedikit demi sedikit suasana berubah menjadi lebih lincah seperti umumnya tarian rakyat Spanyol yang rancak dan dinamis.
Keindahan komposisi Cordoba, tanggal 21 Agustus yang lalu dapat dinikmati oleh masyarakat pecinta musik Surabaya, dalam satu pergelaran musik yang diberi label ‘’My 1st Recital’’ di gedung Salle France CCCL. Menampilkan pianis muda Surabaya Anita Tansajaya. Selain komposisi Cordoba, Anita juga menampilkan komposisi Albeniz yang lain. Asturias. Asturias adalah sebuah komposisi yang ditulis oleh Albeniz ketika ia berada di London dan Paris dan merasakan kerinduan yang luar biasa akan kampung halamannya di Spanyol. Pola melodi komposisi ini memberi kesan gaya musik yang kental dengan nuansa Espagnola. Sesungguhnya Cordoba maupun Asturias memang dua bagian yang termasuk dalam Suita Espagnola (Suita adalah musik instrumental yang merupakan rangkaian lagu pengiring tari peninggalan abad 17 – 18). Selain menampilkan komposisi karya Albenis, pada malam itu ditampilkan juga komposisi dari komposer jaman Romantik yang lain : Ludwig von Beethoven, Frederic Francois Chopin dan Claude Achille Debussy.
Jaman Romantik adalah jaman dimana perasaan sangat menguasai komponisnya, sehingga musik bukan sekedar keindahan bunyi, tapi musik sebagai cara untuk meluapkan ungkapan perasaan seseorang. Hiasan ornamentik semua dihilangkan kecuali triller, sebaliknya perhatian lebih diarahkan kepada dinamika dan agogik. Setiap nada punya makna yang penting. Itulah perubahan yang hakiki dari jaman Klasik ke jaman Romantik.





Ludwig von Beethoven yang oleh sebagian pengamat digolongkan sebagai jaman Klasik akhir, atau Romantik awal (ada juga yang menyebutkan komponis peralihan/transisi), malam itu ditampilkan karyanya Sonata opus 13 no 8 in c minor. Komposisi ini lebih dikenal sebagai Pathetique Sonata yang diberikan oleh seorang penerbit yang terkesan dengan suasana sedih yang mendalam dari pola melodi yang dimunculkan dalam komposisi tersebut. Sementara Chopin Malam itu ditampilkan dua komposisinya yaitu Nocturno opus 27 no 2 in d flat minor dan Ballade opus 23 no 1 in g minor. Nocturno yang berarti lagu malam yang bersifat halus, tenang dan romantis. Secara keseluruhan komposisi ini sangat kompleks tak tampak batasan yang jelas antara bagian bagiannya, namun masih terasa ide dan tema Sonatanya. Akan halnya Chopin sendiri, ia mempunyai bakat alamiah untuk bermain piano serta mampu menghasilkan gaya yang orisinal. Hal ini membuat ia dikagumi banyak orang. Ia meninggal dunia dalam usia yang relatif muda (39 tahun) karena penyakit tuberkulose.
Komponis yang terakhir adalah Debussy. Komponis berkebangsaan Perancis ini oleh sebagian ahli sejarah musik dikelompokkan jaman Modern, namun sekolompok yang lain masih memasukkan kedalam jaman Post Romantik (romantik akhir). Debussy banyak dipengaruhi oleh komponis komponis senior Perancis, antara lain Massenet, Faure dan Franck. Debussy juga terpengaruh dengan gamelan Jawa yang sempat ditontonnya di Paris tahun 1889 dan mempunyai pengaruh pada komposisi komposisi selanjutnya. Gaya musiknya yang ‘’berbau’’ pentatonis gamelan Jawa atau tangganada penuh itu (mempunyai efek trisuara trisuara yang augmented) menjadikan komposisinya sangat impresif, membuat banyak pengamat menyebut Debussy sebagai pelopor Impressionisme.Pada malam itu komposisi Debussy yang ditampilkan adalah Clair de Lune. Komposisi ini adalah bagian ketiga dari Suita Bergamasque (yang ditulis 1890 dan direvisi 1905).
Akan halnya Anita Tansajaya. Pianis muda Surabaya ini, tampil percaya diri. Walaupun keseluruhan komposisi dari komponis jaman Romantik namun tetap mempunyai karakter yang berbeda dan semuanya dimainkan nyaris sempurna. Penyusunan repertoirnya patut diacungi jempol. Pergelaran ini diawali dengan dua komposisi karya Chopin mengapit Asturias karya Albeniz.




Sesi berikutnya diawali dengan karya Albeniz dan Debussy (romantik akhir/jaman modern), dan ditutup dengan karya Beethoven (romantik awal/jaman klasik). Terasa sekali perbedaan suasananya. Tepuk tangan memanjang setelah karya Beethoven berakhir, membuat Anita memberi “Imbuh” dua Komposisi lain, yaitu Epitaph komposisi Jaya Suprana. Karya ini sangat “Njawani” dan memang ditulis untuk menghormati almarhum Ki Nartosabdo seniman tradisional yang dikagumi Jaya Suprana. Komposisi kedua sebagai “imbuh” adalah Czardas. Czardas adalah musik untuk ragam tarian berpasangan Hungaria. Kedua komposisi yang tak tercantum dalam program acara ini, dimainkan secara duet dengan biola.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar