Selasa, 07 September 2010

Mengkeroncongkan Masyarakat


MENGKERONCONGKAN MASYARAKAT
DAN
 MEMASYARAKATKAN KERONCONG, BISAKAH?


I.                    PENDAHULUAN.
KERONCONG adalah jenis musik yang paling terpinggirkan di negeri sendiri, ia terseok- seok dan tertatih-tatih berjalan mengejar ketertinggalannya  dengan musik Jazz, Pop, Rock, Classic bahkan dengan Dangdut yang sekian tahun  lalu masih bisa berdampingan dan  bergandengan tangan (sambil meratapi nasib yang sama). Kini, beruntung Dangdut punya figure Rhoma Irama yang mampu mengatasi “Krismon”  yang melandanya. Sementara di Keroncong krisisnya berkepanjangan dan tak teratasi sehingga pada akhirnya membuat kurang percaya diri. Ia diejek dan menjadi guyonan dilingkungannya. Lihat saja banyolan yang menyakitkan : Mendengar keroncong  jadi ngantuk, atau ini : Perutku keroncongan dari pagi belum makan, atau yang lain lagi : Keroncong....? Ah, itu kan musiknya orang tua. Bahkan istilah Buaya Keroncong itupun awalannya adalah kata kata ejekan. Keroncong juga disalahkaprahkan, Ia dibilang dari Portugis tanpa ada penjelasan yang “nyambung” mengapa bisa sampai ke Indonesia.
KERONCONG memang mempunyai dua sisi, disatu sisi ia kuno, statis, tak menarik dan tak marketable sehingga kemudian melahirkan guyonan dan banyolan yang menyakitkan tadi. Disisi  yang lain/sisi yang baik (sayang lepas dari pengamatan), ia adalah hasil local jenius dari bangsa Indonesia. Betapa tidak  ? Keseluruhan peralatan musik keroncong adalah instrumen musik barat, akidah yang dipakai adalah akidah musik barat mulai bentuk komposisinya, aturan harmoninya, progressive chordnya dan lain lain. Namun, begitu ia dimainkan,  nuansa tradisi Indonesia terasa kental sekali. Cello berubah fungsi menjadi Kendang, Gitar menjadi Siter, Bass menirukan Gong, Kethuk Kenong diperankan oleh Cuk dan Cak,  Flute meniru warna suara Seruling sedang Biola menggantikan posisi Rebab,sangat NJAWANI. Tentu saja setiap daerah di Indonesia mempunyai warna yang berbeda. Di Sumatera misalnya cuk dan cak lebih bernuansa Talempong ketimbang Kethuk Kenong. Begitu pula di derah-daerah lain di Indonesia, warna lokalnya sangat kental dan orisinal. Itulah sesungguhnya kekuatan Keroncong. Mampu beradaptasi dengan lingkungannya, sayangnya belum optimal  tergali dan termanfaatkan. Ini semua adalah tanggungjawab kita selaku insan penghayat musik KERONCONG.
Tulisan ini dimaksudkan memberikan gambaran yang lain tentang Keroncong  sekaligus memberikan usulan mengatasi badai “Krismon” dijagad  musik KERONCONG di Indonesia.  
II.                  PENGERTIAN KERONCONG.
 Menurut Harmunah: Musik Keroncong,Sejarah,Gaya dan Perkembangannya/penerbit Pusat Musik Liturgi 1987. Nama “ Keroncong” berasal dari  bunyi gelang kaki penari Ngremo.   Tetapi ada yang beranggapan bahwa keroncong berasal dari bahasa Portugis yaitu Krouco yang artinya kecil (Harmunah: Perkembangan Musik Keroncong di Indonesia, Yogyakarta 1997). Ada benarnya juga, karena Keroncong  adalah alat musik yang bentuknya kecil dibanding dengan alat musiK yang lain. Sedangkan menurut M.Soeharto: Kamus Musik Indonesia/penerbit PT Gramedia Jakarta 1978, pengertian Keroncong  terbagi menjadi 4. Pertama: Keroncong adalah alat musik sejenis Gitar kecil dengan empat atau lima dawai/senar.  Kedua:  jenis permainan musik yang ciri khasnya  terletak pada pola permainan alat musik Keroncong.  Ketiga: jenis orkes /ansamble yang terdiri dari Biola,Flute,Gitar,Keroncong/Cuk, Banyo/Cak,Cello dan String Bass. Keempat: Bentuk komposisi lagu yang terdiri atas 28 birama dengan progressive chord  yang tertentu.

Pengertian yang lain: kata Keroncong berasal dari pembentukan kata berdasarkan tiruan bunyi (contoh: Tokek,Cicak,Dangdut, ecek-ecek). Dalam permainan keroncong bunyi yang paling dominan adalah bunyi keroncong itu sendiri yang terdengar ditelinga adalah cong…, crong…., cong….  Istilah bahasanya adalah Onomatopoeia.  Perkembangan selanjutnya Keroncong tidak hanya mengiring bentuk permainan Keroncong (yang 28 Birama) tapi juga bentuk komposisi yang lain (Langgam, Stambul II) bahkan lagu Pop Indonesia/barat, Dangdut, Samroh pun  dikeroncongkan.
III. SEJARAHNYA.
Tahun 1492,Christopher Columbus menemukan benua Amerika, hal  ini membuka jalan  bagi bangsa-bangsa Eropa untuk memperluas dan memperkuat  ekonominya dengan cara mencari daerah-daerah  baru yang subur di Timur (Asia, Afrika). Tahun 1511 pedagang Portugis sampai di Indonesia dan dimulailah Kolonisasi di Indonesia. Pada saat itulah timbul persentuhan budaya antara bangsa Portugis dan Indonesia dan dari situ pulalah  munculnya  kesalahkaprahan tentang Keroncong: ”Keroncong berasal dari Portugis”. (Lebih jauh hal ini akan diurai di bab IV). Dalam perjalanan semenjak abad XVI musik Keroncong mengalami proses penyempurnaan mulai dari alat musiknya, cara mainnya, lagu-lagunya. Pada awalnya alat musiknya terdiri dari Mandoline, Tambourine, Rebana, Triangel. Beberapa pengamat menyebutkan awal abad XX, gitar mulai masuk melengkapi peralatan permainan musik Keroncong. A.Th. Manusama perintis pencatatan lagu-lagu Keroncong mengatakan : tahun 1920 Flute dan Biola masuk melengkapi bezzeting Keroncong. Disekitar tahun itu pula bentuk komposisi Keroncong Asli (28 birama) menjadi baku, sedangkan di tahun 1930-an peralatan musik Keroncong sama dengan peralatan Keroncong sekarang. Kemudian dengan masuknya komidi stambul atau Tonil dari Turki, melahirkan bentuk komposisi baru yang disebut Stambul II (menurut Koesbini : Stambul ada 7 (Stambul I;II;III;IV;V;VI;,VII). Penamaan “Stambul” ini diperkirakan pengaruh dari nama kota Istambul, ibukota Turki. Masih menurut Koesbini, bentuk komposisi  Stambul adalah komposisi dengan tempo Adagio dan tidak boleh memakai irama rangkap (double) karena lagu Stambul bertemakan hal-hal yang sedih, melankolik, romantis. Namun ditahun 1960-an Oslan Husein memperkenalkan lagu “Stambul Cha Cha” yaitu lagu Stambul berirama gembira dan lincah. Stambul Cha Cha menjadi Hit waktu itu sekaligus  mengubah pandangan dan gaya permainan lagu-lagu Stambul.
Sementara itu pengaruh musik Barat dengan bentuk komposisi baru yaitu langgam, banyak mempengaruhi komposisi Keroncong pada masa itu dan melahirkan komposisi baru yang disebut Langgam Keroncong (dengan  tokohnya Gesang). Sedang langgam Jawa lahir sesudah itu (1950 sampai 1960-an) tokoh-tokohnya antara lain: Darmanto, Ismanto, Andjar Ani dan lain-lain. Sedang para penyanyinya antara lain Waldjinah, Eni Kusrini, Darsih Kisowo dan lain-lain. Salah satu ciptaan lagu langgam Jawa diawal munculnya antara lain, lagu Bocah Gunung.
Perkembangan berikutnya (1967) adalah lahirnya “ Keroncong Beat” yang dipelopori oleh Brigjen Rudi Pirngadi dengan Orkes Keroncong Tetap Segar. Pembaharuan yang dilakukan Rudi Pirngadi antara lain membentuk orkes keroncong dengan formasi orkes symphony dan memasukkan lagu-lagu Barat diiringi dengan permainan orkes symphony berirama Keroncong dalam reportoirnya. Tahun 1971 dalam lomba orkes keroncong se Jawa Timur di Surabaya, salah satu peserta  memasukkan bentuk Paduan Suara dalam permainan orkes Keroncongnya, itulah pertama kali orkes Keroncong mengiringi Paduan Suara. Dipenghujung tahun 1970-an Mus Mulyadi merekam lagu-lagu Keroncong, Mus Mulyadi yang latar belakang musiknya  adalah Pop, tiba-tiba harus menyanyi keroncong. Maka yang terasa kemudian adalah gaya keroncong yang dilebih-lebihkan (cengkok,Gregel dan Embatnya). Pemusik-pemusik keroncong tua risih dengan gaya yang berlebihan itu, namun pada akhirnya gaya Mus Mulyadi diterima juga.  Selanjutnya (1996) Rama Aiphama memperkenalkan Keroncong Reggae dengan mendaur ulang lagu-lagu Dinda Bestari, Keroncong Telomoyo dan lain-lain menjadi berirama Reggae. Awalnya memang terasa janggal namun pada akhirnya diterima juga oleh mayarakat Keroncong. Menurut Andjar Ani : “Bisa saja suatu saat muncul Congrock (keroncong Rock), atau Congrap (Keroncong Rap)”. Di TVRI Surabaya Sulistyo Hadi telah mempelopori  Congdut (Keroncong Dangdut).
Di Syair pun ada upaya pembaharuan. Pada masa 1920-an isi syair Keroncong masih berupa kata/ucapan yang kurang jelas maksudnya, masih penuh dengan kata-kata : jiwa manis, indung sayang, Ya Nona, Ya Tuan dan lain-lain yang tidak “nyambung” dengan keseluruhan isi syair. Baru pada tahun 1935, ketika Koesbini “si Buaya Keroncong” memperkenalkan Syair Keroncong  gaya baru yang berjudul Kr. Kewajiban Manusia, yang didalam syairnya terdapat kesinambungan antara baris satu kebaris dua, bait satu kebait dua serta memuat pesan-pesan yang jelas.  Maka semenjak itu, perubahan syair Keroncong terus terjadi dan mencapai puncaknya pada awal-awal perang kemerdekaan. Ketika semua isi syair dari lagu yang diciptakan mempunyai kandungan arti yang jelas  contoh : Sepasang Mata Bola, Selendang Sutra, Pahlawan Merdeka, Karangan Bunga Dari Selatan, Rangkaian Melati dan lain-lain yang dipelopori oleh Ismail Marzuki, Arimah (Maladi). Pada masa sekarang isi syair Keroncong banyak dipakai  untuk pesan-pesan pembangunan misalnya :                Kr. Keluarga Berencana, Kr. Wajib Belajar, Kr.  Bahana Pancisila. Pelopornya antara lain Budiman BJ.   
IV. BENARKAH KERONCONG BERASAL DARI PORTUGIS ?
1.       Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan beberapa kali menyelenggarakan lomba /festival Keroncong tingkat Nasional yang diikuti oleh perwakilan grup Keroncong dari seluruh Propinsi se-Indonesia. Menariknya, hanya satu propinsi waktu itu yang tidak pernah mengirim wakilnya yaitu propinsi Timor Timur. Ini sesuatu yang sangat aneh. Timor Timur adalah sebuah daerah /wilayah yang  kurang lebih 400 tahun dijajah Portugis. Tentunya akar budaya Portugis  akan kental dan sangat kuat tertancap di sana. Tentu saja termasuk budaya Keroncong yang katanya berasal dari Portugis. Namun pemerintah Timor Timur ternyata tak mampu menghadirkan orkes Keroncong dalam lomba/festival tersebut. Ini karena realitanya tidak ada grup keroncong di TIMOR TIMUR. Fakta ini menjawab sekaligus mematahkan kesalahkaprahan bahwa Keroncong berasal dari Portugis.
2.       Bapak Andjar Any  pernah mengkhususkan waktu untuk bertanya dengan Consul Kebudayaan Portugal, Antonio Plato da Franca pada 30 oktober 1969 tentang Keroncong.  (Andjar Any : Musik Keroncong menjawab tantangan jamannya/Bahan Penataran Seni Musik 1997 Direktorat Kesenian Depdikbud). Jawabannya : di Portugal baik dulu maupun sekarang tidak ditemukan  permainan, gaya, bentuk komposisi yang menyerupai dengan musik  keroncong.
3.        Departemen Pendidikan Kebudayaan, Kantor Wilayah Jawa Timur , pada 1991 mengirim misi Kesenian ke Spanyol (tepatnya di kota Sevilla, yang jaraknya dengan Portugal hanya sekitar 40 Km) dan ternyata sedikitpun tak tercium bau Keroncong di sana.
4.       Di negara-negara bekas jajahan Portugis yang lain pun tak ditemukan model musik yang mirip-mirip Keroncong.
Yang terjadi sesungguhnya adalah persentuhan budaya antara  Portugis dengan  Indonesia. Portugis memperkenalkan instrumen musik Barat kepada bangsa Indonesia, lalu bangsa Indonesia dengan kearifan lokalnya mengadaptasi alat musik tersebut berkarakter musik Indonesia.

V.MENGKERONCONGKAN MASYARAKAT DAN MEMASYARAKATKAN KERONCONG, BISAKAH ?
Musik Keroncong pada dasarnya digolongkan sebagai Chamber Music (musik Kamar), artinya ia dimainkan dalam ruang tertutup dengan penonton yang terbatas dan betul-betul datang untuk menikmati musik. Rasanya tidak mungkin Keroncong dipertunjukkan seperti misalnya musik Rock yang dipergelarkan ditempat terbuka dan dengan penonton sampai puluhan ribu orang. Ia seperti  musik-musik Klasik di Barat (dalam bentuk Kwartet,kwintet, atau ansamble kecil) penonton menikmati, dan setelah selesai satu lagu, penonton memberikan tepukan  dengan tertib. Tidak ada hura-hura, tidak perlu penjagaan Polisi, tidak perlu Water Canon untuk menyemprot penonton yang kepanasan. Pertanyaannya kemudian adalah : “ Mengapa musik yang demikian bagus, hasil kearifan lokal bangsa Indonesia justru tak diminati oleh pemiliknya sendiri?” Jawabannya adalah :

1.       Performance yang tidak menarik
 Kita sekarang hidup dijaman optik. Jaman yang diutamakan pada sisi pandang   mata. Jadi ketika mata tidak dipuaskan maka pertunjukan itu ditinggal penontonnya. Kalau mau jujur pemusik Keroncong pada umumnya tampil seadanya mulai  Kostum sampai dekorasi panggungnya. Tampilannya juga nyaris tanpa ekspresi, dan tidak dinamis.

2.       Kurangnya pengetahuan musik
 Sekali lagi kalau mau jujur, rata-rata pemusik Keroncong, kurang atau bahkan tak memahami ilmu-ilmu musik. Kalau ada penyanyi yang mengacungkan satu jarinya kepada pemusik Keroncong maka itu artinya main ditangga nada G (satu sharp) tidak ada pemusik  Keroncong yang menafsirkan lagu itu dimainkan di tangga nada F (satu Flat). Atau kalau dua jari diacungkan artinya main di D (dua flat) tidak ada yang menafsirkan main di Bes (dua Flat), tampaknya sepele tapi kedepan ini akan menghambat, selebihnya wallahualam.


3.       Kurangnya Fighting Spirit 
Kurang semangat untuk maju, menerima apa adanya. Kadang terkesan para pemusik Keroncong menganggap begini saja sudah cukup, perlu apa lagi ?

4.       Kurangnya ciptaan-ciptaan baru  
Dalam setiap lomba menyanyi keroncong, lagunya selalu itu-itu juga, kalaupun ada lagu baru kemampuan membaca notasi lemah atau bahkan tidak bisa membaca sama sekali. Ini tentunya menghambat majunya Keroncong.  

5.       Keroncong tidak punya figur kuat sebagai panutan
Dangdut punya Rhoma Irama yang musikal, kreatif, inovatif dan tahan banting. Ditahun 1970-an Rhoma diejek, dicerca oleh pemusik diluar Dangdut (untuk diketahui kata Dangdut itupun adalah sebutan yang mengejek). Tapi Rhoma tak goyang. Ia lawan ejekan dan cercaan dengan ciptaan-ciptaan baru. Salah satu lagu ciptaannya yang ditujukan kepada musuh-musuh Dangdut  berjudul MUSIK, syairnya antara lain berbunyi : “Boleh Benci Jangan Mengganggu”.  Rhoma terus berkreasi. Ia masukkan unsur musik diluar Dangdut tanpa menghilangkan karakter Dangdutnya. Hasilnya, sungguh  luar biasa. Musik Dangdut makin disukai. Puncaknya, di tahun 1980-an Rocker paling top Ahmad Albar tergoda untuk menyanyi lagu Dangdut  berjudul ZAKIA. Lagu itu meledak dipasaran, buntutnya masyarakat dari bermacam golongan (termasuk pejabat) mengenal dan menyukai Dangdut.(Perlu diketahui, Basofi Soedirman/mantan gubernur Jawa Timur, bahkan sempat mengeluarkan dua album Dangdut. Salah satu hit-nya adalah lagu “Tidak Semua Laki-Laki”). Keroncong perlu figure seperti Rhoma Irama, yang tak goyang oleh goncangan, tetap kreatif dan inovatif.

6.       Keroncong butuh Maecenas
Maecenas adalah dewa pelindung Kesenian. Keroncong perlu mempunyai “ Bapak Pelindung” yang memberikan perlindungan baik material maupun moral. Di Amerika Serikat Negara yang mempunyai tingkat apresiasi yang tinggi terhadap kesenian, mempunyai 60 orkes symphony. Dari ke 60 grup tersebut, hanya ada sekitar 5 orkes yang mampu menghidupi dirinya sendiri dari hasil penjualan tiketnya. Yang lain masih disubsidi pemerintah. Di Indonesia, grup-grup Orkes symphonypun mempunyai “Bapak Pelindung”. Tercatat mantan Menlu, Mochtar Kusumaatmadja, petinggi Bank Indonesia, Miranda Goeltom, Pengusaha Bakrie Brothers adalah Maecenas-Maecenas untuk Orkes symphony di Indonesia.
Di bidang Olah Raga lebih jelas lagi keterlibatan para pejabat sebagai “Bapak Pelindung”. Setiap induk organisasi olah raga hampir pasti diketuai oleh  menteri atau pejabat setingkat menteri.

7.       Keroncong terkesan eksklusif
Seorang narasumber (pemusik cafe, masih muda,berbakat), mengatakan  itu: “Kalau aku pingin belajar Keroncong kemana? Dimana ?,Kalau belajar musik klasik atau jazz, aku bisa ke kursus-kursus musik. Kalau Dangdut aku bisa beli CD-nya mulai di kakilima sampai di Mall”. Ini pernyataan  yang mengejutkan dan mengagetkan. Tapi realita di lapangan memang begitu. Hal ini adalah PR bagi para penghayat Keroncong, sekaligus tantangan untuk ditindaklanjuti.
 Ketujuh masalah itulah sesungguhnya yang membelit Keroncong. Agak susah dicari ujung  dan pangkalnya. Dari mana harus dimulai? Apa figur semacam Rhoma harus ada dulu? Kapan? Atau  performance terlebih dahulu dibenahi?  Tapi kalau penontonnya tidak ada, apa gunanya?  Apa ciptaan baru diperbanyak? Kemudian direkam? Lalu siapa pembelinya? Apa dicari “Bapak Pelindung” yang bisa mensupport Keroncong lebih dulu?.

VI. SARAN :  
1.       Minat terhadap musik  keroncong khususnya di kalangan remaja segera dikembangkan. Caranya membentuk satu grup keroncong anak muda  yang mempunyai ketrampilan teknis yang memadai, arransemen yang bagus,dengan repertoire lagu Pop yang dikeroncongkan  untuk ditampilkan kepada masyarakat umum.
2.       Memperbanyak lomba-lomba musik keroncong diawali dengan lomba-lomba untuk vokal keroncong terutama dikalangan generasi muda.
3.       Membangun komunitas-komunitas Keroncong di masyarakat umum. Di Surabaya ada komunitas musik Jazz namanya C Two Six (C 26). Tugasnya memperkenalkan musik Jazz kepada masyarakat, menghilangkan eksklusivitas Jazz di masyarakat dengan cara pergelaran, diskusi dan menyediakan sarana latihan (tempat dan peralatan ) kepada generasi muda berolah musik Jazz.
4.       Menjalin hubungan dengan dengan kantor-kantor dinas yang berhubungan dengan Budaya (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pendidikan). Ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kita bisa ikut mengisi kegiatan kegiatan/Program Program yang berhubungan dengan pergelaran musik, misi kesenian dsb. Sedang ke Dinas Pendidikan kita bisa mengajukan usulan masukan agar musik Keroncong dapat menjadi bagian mata pelajaran Kertakes (Kerajianan tangan dan Kesenian) 
5.       Menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga Kesenian (Dewan Kesenian, Musyawarah Guru Mata Pelajaran Kesenian).
6.       Mencari hubungan dengan lembaga-lembaga diluar negeri yang bisa mensponsori kegiatan-kegiatan/aktifitas kesenian.

VII.              PENUTUP
Didunia sepak bola kita mengenal istilah “Total football” suatu strategi sepak bola yang tidak mengenal posisi, setiap pemain dituntut menjadi pemain bertahan sekaligus penyerang. Seorang pemain bertahan tiba-tiba bisa muncul disayap kiri dan ikut menyerang dan mencetak gol. Seorang pemain harus punya kemampuan yang lengkap. Insan Keroncong harus mempunyai semangat “Total Football” untuk memajukan Keroncong.  
Diperlukan daya juang, stamina dan semangat yang tinggi di kalangan “Orang dalam Keroncong” untuk menjadi relawan tangguh melaksanakan saran saran tadi. Karena ini adalah kerja berat, panjang dan pasti melelahkan. Ada ungkapan: “ ROMA tidak dibangun dalam sehari”. Jadi jangan gentar dan putus asa. Perjalanan memang masih jauh, tapi sejauh apapun harus dimulai dari sekarang. Kalau tidak, kapan lagi?
Kita sudah jauh tertinggal dengan jenis musik yang lain.  Semangat Maju Terus Pantang Mundur harus ditanamkan didiri kita, agar cita cita MENGKERONCONGKAN MASYARAKAT DAN MEMASYARAKATKAN KERONCONG segera tercapai. Semoga!

3 komentar:

  1. KOMENTAR
    Oleh : M. Azizul Fikri
    NIM. 112134203
    SENDRATASIK 2011

    Keroncong merupakan kesenian musik asli Indonesia, karena itu kita sebagai masyarakat Indonesia seharusnya BANGGA mempunyai jenis musik sendiri dan menjadi ikon atau ciri khas musik Indonesia selain musik dangdut. Namun, sesuai dengan Artikel yang berjudul “MENGKERONCONGKAN MASYARAKAT DAN MEMASYARAKATKAN KERONCONG, BISAKAH?” menyatakan bahwa masyarakat Indonesia sendiri kurang berminat terhadap musik keroncong dan lebih menikmati jenis musik lain seperti pop, rock, jazz. Pada kenyataannya memang begitu, diperlukan beberapa tindakan dari kita sendiri dan pemerintah untuk menarik minat masyarakat Indonesia terhadap musik keroncong.

    Selain beberapa saran dari pak Isfanhari di artikel ini, saya ingin menambahkan, hal yang sangat mempengaruhi pada jaman teknologi ini adalah media. TV sangat mempengaruhi bagaimana sesuatu hal akan bisa menjadi tenar dengan cepat dan diperbincangkan oleh masyarakat, oleh karena itu bagaimana bila pemerintah Indonesia atau salahsatu stasiun televisi mengadakan acara lomba musik keroncong. Tapi kenyataannya bahwa stasiun televisi lebih meminati lomba menyanyi seperti Indonesian Idol dan malah ada yang baru seperti lomba boyband/girlband, seharusnya pemerintah menyarankan kepada pihak stasiun televisi untuk mengadakan lomba dan memajukan musik keroncong melalui media televisi.

    Artikel ini sangat bagus dan saya merekomendasikan tidak hanya untuk musisi, tetapi untuk seluruh masyarakat Indonesia untuk membaca dan mengetahui apa itu musik keroncong dan melestarikannya, agar kesenian Indonesia tidak diakui milik negara lain seperti batik yang sempat diakui milik Malaysia.
    I LOVE INDONESIA !
    I LOVE MUSIK !
    I LOVE KERONCONG !

    BalasHapus
  2. Deni santoso (112134226)
    Afif fathin k (112134045)

    Komentar:

    Menurut kami musik keroncong dan unik, karena musik keroncong dapat merasuk ke dalam unsur masyarakat, baik itu golongan bawah, menengah, atas, karena didalam musik keroncong tidak mengenal sebuah kasta.
    Mungkin seandainya pemerintah mengadakan program WAJIB KERONCONG, pasti di negara ini menjadi damai dan tentram, karena masyarakat yang mengkeroncongkan dirinya adalah masyarakat yang mempunyai cipta, jaya, karya, rasa yang tinggi dan berbudi luhur. Itulah ciri INDONESIA KITA.

    Kami stuju dengan bapak moh. Sarjoko "JANGAN NGAKU BISA MAEN MUSIK SEBELUM BISA BERMAIN KERONCONG.."

    PRO LOVE KERONCONG...
    PRO LOVE INDONESIA...

    SAPARATOS...

    BalasHapus
  3. Achmadhan Katon H (112134205)
    Ahmadh Fadil (112134003)

    Menurut Kami mengkeroncongkan masyarakat dan memasyarakatkan keroncong merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan karena musik keroncong termasuk warisan budaya asli indonesia..dan kita sebagai masyarakat indonesia sepatutnya bangga dan wajib untuk melestarikan budaya indonesia yaitu musik keroncong..
    dengan pengenalan musik keroncong sedini mungkin adalah salah satu tindakan melestarikan musik keroncong..dan dengan seiring perkembangan zaman mungkin musik keroncong dapat dikemas dengan menggunakan lirik lagu pop namun dapat di arasement menggunakan musik keroncong agar masyarakat terutama generasi muda semakin tertarik dengan musik keroncong..
    Artikel "MENGKERONCONGKAN MASYARAKAT DAN MEMASYARAKATKAN KERONCONG, BISAKAH?" sangatlah menarik untuk dikaji bagi semua masyarakat agar tahu bahwa budaya asli indonesia seperti musik keroncong ini dapat dijaga dan dilestarikan baik generasi tua maupun muda...agar nantinya musik keroncong tetap menjadi ciri khas aset bangsa indonesia yang tidak akan dimiliki oleh negara lain

    BalasHapus